Batam | Pulau Belakang Padang yang dijuluk Pulau Penawar Rindu ini terletak diantara Pulau Batam dan Singapura, dan merupakan salahsatu kecamatan dari pemerintahan kota Batam. Jika dibandingkan dengan Pulau Batam, berdasarkan letak dan jaraknya Pulau Belakang Padang lebih dekat dengan Singapura.
Penduduk asli Pulau Penawar Rindu adalah orang-rang Melayu yang dikenal dengan sebutan orang Selat atau orang laut. Penduduk asli tersebut sudah menempati wilayah Belakang Padang sejak zaman kerajaan Tumasik (Singapura) dipenghujung tahun 1300 atau awal abad ke-14. Malahan kemungkinan lainnya pulau ini telah didiami orang sejak tahun 231 Masehi dan konon pada saat itu pulau ini lebih dikenal dengan nama Pulau Lanun atau Pulau Bajak Laut karena menurut cerita rakyat konon dahulunya sebagian besar penduduk yang tinggal di pulau ini adalah para bajak laut yang merompak kapal-kapal yang sedang melintas di sekitar perairan Selat Malaka.
Dulu, masyarakat di pulau ini menggunakan dolar Singapura sebagai alat transaksi jual beli dan pemerintah Singapura tidak mempermasalahkan warga dari pulau ini keluar masuk ke negaranya.
Bahkan, dulu Batam pun semula adanya di Belakang Padang, menjadi bagian dari Belakang Padang kemudian dipindahkan ke Pulau Batang yang sekarang ini namanya menjadi Pulau Batam. Belakangan, pada 1983, Batam menjadi kotamadya di Provinsi Riau dan Belakang Padang menjadi salah satu kecamatan dibawah Kota Batam.
Belakang Padang memiliki banyak destinasi wisata yang bisa dikunjungi wisatawan. Wisata religi, sejarah, kuliner, belanja, dan sebagainya. Selain terkenal dengan wisata kulinernya, Kecamatan Belakang Padang juga memiliki wisata sejarah yang terletak di Pulau Tolop.
Untuk sampai ke Pulau Tolop pengunjung harus melewati jalur laut selama 30 menit dengan menggunakan pancung dari Pelabuhan Sekupang. Sepanjang perjalanan pengunjung akan disuguhkan dengan pemandangan pulau yang cantik. Kemudian gedung-gedung negara tetangga Singapura tampak jelas dari pulau ini. Pulau ini sangat cantik diabadikan lewat camera, pengunjung bisa berswafoto dengan pemandangan gedung tinggi Singapura dan warna laut yang biru.
Bukan hanya itu saja, di Kecamatan Belakang Padang ini juga memiliki sebuah legenda yang menarik tentang “Batu Berantai”, kisah seorang anak kecil cerdas yang dapat menolong kerajaan Tumasik (Singapura) dan rakyatnya dari serangan ratusan ribu ikan Todak namun kebaikannya dibalas oleh sang Raja dengan mengikat dirinya dengan rantai besi serta menenggelamkannya di sebuah pulau karang kecil yang letaknya tidak jauh dari Pulau Penawar Rindu, karena ada ketakutan dari sang Raja apabila anak tersebut akan merebut tahtanya.
Di Belakang Padang terdapat sebuah makam yang tercatat dalam salah satu situs cagar budaya di Kota Batam. Makam tersebut adalah Makam Syekh Syarif Ainun Naim Bin Maulana Ishaq yang dikenal dengan julukan Sunan Tulub ini lahir di Samudra Pasai pada tahun 761 H dan wafat pada tahun 842 H / 1503 M.
Selain makam Sunan Thulub, di Pulau Tolop, beberapa objek wisata sejarah lain nya juga terdapat di Belakang Padang yang dijuluki Pulau Penawar Rindu ini. Seperti Kantor Polisi yang pembangunannya diperkirakan sekitar tahun 1930-an. Hal ini dapat dilihat dari Gedung Catur Sakti dan Asrama Border Police sekarang. Kemungkinan dulunya komplek bangunan ini dipergunakan sebagai Kantor Polisi Kolonial Belanda. Komplek ini merupakan komplek yang terdiri dari perkantoran dan perumahan polisi yang berdiri di atas lahan seluas 6.000 meter persegi.
Selanjutnya ada juga kantor imigrasi yang dibangun pada tahun 1950-an . Kantor ini dulunya hanya sebuah pos imigrasi yang wilayah kerjanya berada di bawah naungan Kantor Imigrasi Tanjung Pinang. Keberadaannya saat itu khusus diperuntukkan melayani penyelesaian keimigrasian bagi kapal masuk dan kapal keluar negeri.
Kemudian Kantor Camat Belakang Padang. Kantor camat ini secara historis memiliki kairan erat dengan Pulau Batam. Dimana era 1959 sampai 1983 Kecamatan Batam beribukotakan Belakang Padang yang merupakan pindahan dari Pulau Buluh.
Di Pulau Penawar Rindu ini juga punya Gedung Nasional yang berfungsi sebagai pusat pertemuan para unsur Muspida se Kecamatan Belakang Padang pada masa lalu. Gedung ini diresmikan pada 12 Mei 1960.
Kemudian, Pos Angkatan Laut Belakang Padang serta Komplek Perumahan Prajurit Angkatan Laut yang berada di Kampong Jawa.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Batam, Ardiwinata mengatakan Kota Batam memiliki banyak objek wisata yang menarik buat dikunjungi wisatawan. Wisata tersebut terletak di penjuru Kota Batam, salah satunya berada di Kecamatan Belakang Padang.
Belakang Padang memiliki wisata sejarah yang menarik, dimana terdapat beberapa bangunan bersejarah yang menggambarkan tentang perjalanan Batam. Bangunan-bangunan tersebut juga tercatat dalam cagar budaya Kota Batam.
“Saat ini Bidang Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Batam sedang mencatat ulang cagar-cagar budaya yang tersebar di Kota Batam,” terangnya.
Tujuan dilakukan pendataan ulang ini supaya sejarah yang dimiliki ini tidak hilang ditelan zaman dan keberadaannya diketahui masyarakat Kota Batam.
“Upaya kita melestarikan cagar budaya untuk mengenalkan kekayaan cagar budaya yang kita miliki serta meningkatkan kepedulian masyarakat khususnya generasi muda kita dalam pelestarian warisan budaya,” katanya.