HALBAR – Sejumlah kepala desa (Kades) di Kecamatan Loloda Tengah, Halmahera Barat, mendesak pemerintah daerah segera mengambil langkah tegas terkait aksi pemalangan jalan yang dilakukan warga Kecamatan Galela Barat beberapa waktu lalu di Wilayah PT. Tri Usaha Baru.
Seorang Kepala Desa Loloda Tengah mengatakan pada hearing bersama Bupati, kemarin (03/09/2025), bahwa pemalangan jalan yang sudah terjadi dua kali mengganggu akses masyarakat di sembilan desa, termasuk kebutuhan sehari-hari ke Tobelo untuk ekonomi, pendidikan, dan kesehatan.
“Kami perlu sampaikan ke Bupati Halmahera Barat supaya kondisi ini ditanggapi serius. Tadi malam Kades Roko bilang bakal ada pemalangan jilid II, bukan saja Galela Barat, tetapi empat kecamatan akan turun,”ujarnya.
Ia menegaskan, masyarakat Loloda Tengah meminta agar pemerintah menempatkan pos penjagaan dari aparat TNI maupun Polri guna mencegah benturan antarmasyarakat.
“Kami mohon Bupati segera koordinasi dengan pihak keamanan. Jangan sampai aksi berikutnya lebih anarkis,”tambahnya.
Selain itu, Kades juga meminta percepatan pengaspalan jalan Jangailulu-Jano agar masyarakat memiliki alternatif jalur transportasi bila akses ke Tobelo kembali dipalang.
Aksi pemalangan sendiri dipicu penahanan tujuh tersangka tambang ilegal oleh Polres Halbar. Namun, para Kades menilai aksi itu tidak semestinya mengorbankan masyarakat Loloda Tengah.
“Kalau mau protes, silahkan langsung ke Polres Halbar. Jangan merugikan kami,”tegasnya.
Sementara itu, Camat Loloda Tengah, Fabianus Atajalim, menyebutkan aksi pemalangan warga Galela sudah mengarah ke tindakan anarkis. Menurutnya, selain membakar ban, ada massa yang membawa parang dan sempat merusak fasilitas di wilayah Nolu.
“Waktu itu baru tiga desa dari Galela yang turun, sekitar 600 orang. Kalau nanti empat kecamatan ikut, bisa bayangkan apa yang terjadi kalau Bupati tidak segera ambil langkah. Kami khawatir akan ada benturan dengan masyarakat Loloda Tengah,”kata Fabianus.
Ia juga mengungkapkan adanya kelompok yang mencoba menghancurkan jembatan di Nolu.
“Ada sekitar 30 orang masuk dengan membawa parang. Karena itu, kami mohon perhatian Bupati segera menyikapi masalah ini, demi keselamatan masyarakat,” tegasnya.