Batam | Sore itu sekira pukul 6, Abdullah seorang nelayan dari Kelurahan Temoyong, Bulang, Batam tak menyangka akan mengalami situasi mencekam saat mengecek Bento (alat menangkap ketam) di laut.
Pria 39 tahun itu mengakui laut sudah menjadi bagian hidupnya. Meski tahu perairan itu dihuni buaya, ia dan nelayan lain merasa tenang, karena selama ini, buaya tak pernah menyerang jika tidak diganggu.
Tapi, sore itu cerita berbeda. Saat Abdullah sedang sibuk memeriksa perangkap kepiting di air, tiba-tiba seekor buaya menerkam tangan kanannya.
“Terkaman pertama itu nggak kuat, tangan saya hanya luka gigitan saja,” ujar Abdullah, mengenang insiden tersebut.
Tak berselang lama, buaya itu kemudian melepaskan gigitannya. Meski syok, Abdullah berusaha kembali ke perahunya.
Tapi saat ia hampir mencapai tepi perahu, buaya itu menyerang lagi. Kali ini, serangannya lebih brutal.
“Dia gigit tangan saya lagi, kayak mau diputuskan. Jadi memang benar-benar kepalanya digelengkan ke kanan kiri,” ungkapnya sambil memperagakkan ringan momen genting itu.
Dalam posisi setengah tergantung di perahu, satu tangan Abdullah menahan tubuhnya di perahu, sementara tangan lainnya masih dalam gigitan buaya.
“Yang kedua ini memang terkamannya kuat sekali, saya cuma bisa bertahan sambil teriak minta tolong,” katanya.
Di tengah perjuangannya, istri Abdullah yang berada di dekat pantai mendengar teriakannya.
la segera memanggil warga sekitar. “Sekitar 10 menit kemudian mereka datang dengan speed boat,” kata Abdullah.
Namun sebelum warga tiba buaya itu pergi melepaskan gigitan.
“Saya nggak tahu kenapa dia lepas. Tapi waktu itu saya sudah lemas, cuma bisa berpikir, kalau tangan ini mau putus ya sudahlah, saya pasrah,” lanjutnya.
Buaya itu tidak kembali menyerang. Abdullah, dengan tubuh yang hampir tak berdaya, akhirnya diselamatkan oleh warga yang datang.
la dibawa ke Rumah Sakit Embung Fatimah, yang berjarak sekitar satu setengah jam perjalanan dari lokasi kejadian.
Kala ditemui di Rumah Sakit Embung Fatimah, rasa ngilu masih ia rasakan.
Bahkan ia mengilustrasikan rasanya dan gambarannya bak seperti di film.
“Tak mengira saya. Kalau ada kamera, mungkin ini seperti adegan yang biasa dilihat di TV,” ungkapnya sembari bercanda.
Buaya yang menyerang diperkirakan berukuran sekitar dua meter. Hingga kini, warga Temoyong belum berhasil menangkapnya.
“Yang tertangkap itu buaya satunya yang nyerang kerabat juga sebelum saya, di pahanya. Yang gigit saya belum ketangkap,” paparnya.
Meski demikian, dari kejadian ini Abdullah bersyukur masih diberikan kesempatan untuk melanjutkan hidup.
Dia pun juga menyadari risiko dari pekerjaan yng ia lakukan.
“Namanya juga melaut. Semua pekerjaan, risiko seperti ini memang ada. Kami cuma bisa terima, mau bagaimana lagi. Penghasilan juga dari situ kan buat anak istri,” ujarnya, menutup ceritanya.
Saat di RSUD, ia didampingi istri dan putrinya.
Lengan sebelah kanan Abdullah juga terpasang kain penyangga pasca operasi pemesangan pen.
Saat ditanya kapan boleh diijinkan untuk pulang ke rumah, ia menjawab besok diperbolehkan pulang.
“Kata dokter besok boleh pulang. Tapi mungkin lihat kondisi dulu juga. Karena kan beberapa kali di cek dan dikasih obat juga,” tuturnya.
Ia merasa kondisinya kian membaik pasca operasi.
Dan keluarga, kerabat, serta sanak saudaranya juga secara bergantian menjenguknya di rumah sakit, dan ia berharap segera lekas sembuh agar dapat beraktivitas kembali.