Jakarta | Bank Indonesia (BI) melaporkan, utang luar negeri (ULN) Indonesia pada kuartal III-2024 sebesar USD427 miliar. Angka ini naik 8,3 persen dari periode yang sama di tahun 2023 yang sebesar USD393,7 miliar.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, mengatakan perkembangan utang luar negeri ini bersumber dari sektor publik dan juga disebabkan oleh pelemahan mata uang dolar AS terhadap mayoritas mata uang dunia, termasuk rupiah.
Adapun dari total ULN, utang pemerintah tercatat tumbuh 8,4 persen menjadi USD204,1 miliar dari sebelumnya posisi kuartal III-2023 yakni USD188,3 miliar. Setelah sempat mengalami penurunan 0,8 persen di kuartal II-2024 yang sebesar 191,0 miliar dolar AS.
“Perkembangan ULN tersebut dipengaruhi oleh penarikan pinjaman luar negeri dan peningkatan aliran masuk modal asing pada Surat Berharga Negara (SBN) domestik, seiring dengan tetap terjaganya kepercayaan investor terhadap prospek perekonomian Indonesia,” kata Ramdan, dalam keterangan resminya, dikutip Jumat (15/11).
Meski mengalami peningkatan, menurut Ramdan utang pemerintah diarahkan untuk mendukung pembiayaan sektor prioritas. Beberapa di antaranya adalah untuk mendukung Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 21,0 persen dari total ULN pemerintah.
Kemudian, Administrasi Pemerintah, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib mencapai 18,9 persen; Jasa Pendidikan 16,8 persen; Konstruksi 13,6 persen; serta Jasa Keuangan dan Asuransi 9,1 persen.
“Posisi ULN pemerintah tetap terkendali mengingat hampir seluruh ULN memiliki tenor jangka panjang dengan pangsa mencapai 99,9 persen dari total ULN pemerintah,” jelasnya.
Berbanding terbalik dengan utang pemerintah, BI mencatat utang swasta tercatat menurun 0,6 persen pada kuartal III-2024 menjadi USD196,0 miliar. Kontraksi pertumbuhan ini terjadi setelah pada kuartal sebelumnya sempat mengalami pertumbuhan sebesar 0,02 persen di posisi USD196,5 miliar.
Ramdan mengatakan, pelambatan utang swasta utamanya didorong oleh ULN lembaga keuangan (financial corporations) yang mencatat kontraksi pertumbuhan sebesar 3,2 persen(yoy). Sementara jika ditilik dari sektor ekonominya, utang swasta terbesar berasal dari Sektor Industri Pengolahan; Jasa Keuangan dan Asuransi; Pengadaan Listrik dan Gas; serta Pertambangan dan Penggalian, dengan pangsa mencapai 79,3 persen dari total ULN swasta.
“ULN swasta juga tetap didominasi oleh utang jangka panjang dengan pangsa mencapai 75,3 persen terhadap total ULN swasta” bebernya.
Meski mengalami penaikan pada kuartal III-2024, Ramdan memastikan bahwa struktur ULN Indonesia tetap sehat karena penerapannya didukung oleh prinsip kehati-hatian. Hal ini tecermin dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang terjaga sebesar 31,1 persen.
“Selain itu, ULN Indonesia juga didominasi oleh utang jangka panjang, dengan pangsa mencapai 84,2 persen dari total ULN,” pungkasnya.